Senin, 23 Mei 2016

Lunturnya Etika dan Moral Generasi Penerus

LUNTURNYA ETIKA DAN MORAL GENERASI PENERUS INDONESIA

Seiring bergantinya tahun kemajuan teknologi semakin menguasai dunia dan merubah sebagian besar masyarakat dunia. Di indonesia sendiri dengan semakin berkembangnya teknologi telah merubah kelakuan remaja Indonesia mulai anak-anak , remaja hingga dewasa saat ini  sangat mengkhawatirkan, disatu sisi ini menguntungkan mereka untuk membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka, tetapi disisi llain berdampak tidak begitu baik bagi remaja. Media berperan besara dalam pembentukan busaya masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak mengherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif, meskipun pengaruh positifnya masih terasa. Kalau dapat diumpamakan remaja Indonesia sudah tertular dengan gaya hidup barat. Hal ini terlihat pada remaja mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut, casting HP yang berganti-ganti, pakaian dan sebagainya. Melalui pengaruh ini, remaja diajarkan untuk hidup boros dan menjadi tidak kritis terhadap persoalan sosial yang terjadi dimasyarakat karena terbuai dengan perkembangan zaman.
Fenomena kehidupan remaja di Indonesia sering terlihat terdapat berduan pasangan muda-mudi yang belum resmi melakukan sikap tidak sesuai dengan norma, ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan oleh pihak yang berwenang karena terdapat praktek mesum. Selain itu juga remaja putri yang berjilbab pun patut dipertanyakan, meskipun tidak semuanya. Sungguh pemandangan yang kiranya menandakan bahwa moral remaja bangsa ini mulai merosot. Selain itu juga banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu perkumpulan yang pada hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah sebaliknya, di perkumpulan tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh pergaulan yang tidak baik. Kecenderungan masalah pada generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah mereka tidak mengerti norma moral dan etika yang harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Terjadinya penurunan moral tersebut pada hakikatnya tidak terlepas dari faktor internal (keluarga) karena dari dalam keluargalah faktor utama yang dapat menghambat atau setidaknya seorang anak dapat dikendalikan. Misalnya saja dengan bimbingan dan arahan dari orang tua, seorang anak diberi nasihat-nasihat yang baik tidak hanya pada saat berkumpul bersama saja, namun di sela-sela waktu yang ada hendaknya diberi arahan yang baik. Seorang anak juga harusnya dikontrol tentang pergaulannya kapan waktunya untuk main dan mengerjakan pekerjaan ataupun tugas-tugasnya yang lain. Serta membatasi pergaulan remaja agar tidak terbawa teman-temannya yang mungkin penghuni pergaulan bebas (negatif).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi penerus ini adalah:
1.      Longgarnya pegangan terhadap agama
Di dunia yang sekarang ini segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.

2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan saat ini melum mendapatkan hasil yang baik karena belum adanya pembinaan moral yang layak dan semestinya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Penanaman sikap yang baik untuk menumbuhkan moral harus dilakukan sejak dini. Pembinaan dirumahtangga ini dapat dilakukan dengan memberikan tindakanhidup bermoral dan pengertian yang harus dibiasakan, bukan dengan mmenyuruh anak untuk menghapal mana tindakan baik dan mana yang buruk. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya.
Pembinaan moral di sekolah hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental, moral dan sosial anak didik di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan.hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelajaran budiperkerti dan agama, sehingga ilmu yang didapat oleh anak juga dapat berkembang daln berlanjut di rumah. Saat ini sekolah masih sering mengabaikan hal-hal seperti ini sehingga pendidikan yang diberikan belum layak untuk membentuk moral dan etika anak-anak.
 Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.

3. Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.

4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan baik dari segi materi, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semakin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, materi dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehilangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.

Beberapa faktor lain yang menyebabkan menurunnya moral dan etika generasi muda saat ini adalah:
a. Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan untuk melakukan hal   yang tidak baik
b. Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kurang memperhatikan anaknya, keadaan tidak nyaman untuk berada dirumah mengakibatkan anak mencari kesenangan diluar rumah.
c. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Dan semakin lama kencanduan dan ingin melakukan hal negatif lainnya.
d. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.

            Mengatasi penurunan moral dan etika pada generasi penerus solusi yang dapat kita lakukan seperti:
1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu perkumpulan remaja  masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan untuk seorang anak terjun kedalam kegiatan-kegiatan yang tidak berguna.

REFERENSI
Abdurokhim, Mohamad.2012. “Lunturnya moral danetika generasi penerus”. Dalam situs www.blogspot.co.id . diakses pada Minggu, 22 Mei 2016.

Sofa.2008.”Pengertian Moral, etika dan etiket “.dala situs www.wordpress.com . diakses pada Minggu, 22 Mei 2016.

Rabu, 18 Mei 2016

Semarang-Solo

Assalamualaikum

Hai-hai, kenalin nama ku Fiki Putri Kartika, Mahasiswa Semester II jurusan Teknik Planologi angkatan 2015, anak Perantauan dari Sumatra Utara.senang rasanya bisa sampai ke Pulau Jawa ini. Jauh dari keluarga mengajarkan ku untuk hidup mandiri, haha agak lebay sih, tapi beneran lo. hemm... kalau dilanjutin lagi bisa-bisa jadi kepengen pulang.

Lanjut aja yah, nah disemester II ini aku dapat tugas tekik komunikasi untuk membuat sebuah Film pendek. Aji, Leoni, Elin, Dp, Tiwi, dimsur, Hardi, Riska, Ovi itu temen-teman sekelompokku. kelompok kami memdapat tema Revitalisasi Kampung Kota, nah di post aku sebelumnya ada foto poster Revitalisasi Kampung Kota punya aku, gak bagus sih memang hahaha....

Nah untuk lokasinya sendri, kami mengambil lokasi di kampung Bustaman di Semarang dan Kampung batik Lawean di Solo,kelompok kami bisa dibilang kelompok nekat, modal pas-pasan, waktu ps-pasan, semua serba pas-pasan kami pergi ke Solo. Dalam kelompokan biasanya yang paling susah itu Ontime, super bangett... kali ini kami bisa ontime. biar mudah jadi kami yang perempuan tidur dikostan Leoni dan yang laki-laki dikostan Aji. 

Pas jam 3 kami udah kumpul dan langsung berangkat, sampai di Surakarta kami singgah ke rumah Elin buat Solat dan lumayan buat ngengetin badan dan perut haha, lanjuttt... kami pergi ke Bandara Adi Soemarmo niatnya mau ambil foto buat panorama tapi ternyata masih berkabut, jadi kami lanjut buat makan. setelah itu kami langsung ke Kampung Batik Lawean Solo. Disana kami ambil Tempat-tempat yang bagus untuk berfoto, lalu melakukan wawancara dirumah Ketua pengembangan kampung batik.


Seru.... capeknya dapet, senangnya dapet, kompaknya dapet, susah senang lapar ngantuk semua dirasain bareng-bareng. pulangnya kami singgah lagi dirumah Elin, nah kalau ini kami makan besar haha... ibunya elin masak sup Matahari yang rasanya waw... enak bangettt...

Gak hanya berenti disitu, pulang dari Solo kami tetap bareng-bareng ngerjain tugasnya. sampai rela nginap dikostan Aji, tidur sempit-sempitan dampai pagi haha, paginya makan bareng lagi..seru, pakek banget. Karena hanya kelompok kami yang mengambil lokasi pembuatan film di luar Semarang haha.

terimakasih untuk bapak/ibu dosen teknik komunikasi yang telah memberikan tugas pembuatan Film ini,mahasih buat temen-temen yang udah mendukung kami, buat ibunya Elin yang udah mau masakin haha, kami jadi bisa ngerjain tugas sambil jalan-jalan haha jadi lebih prosuktif

Selasa, 17 Mei 2016

Tugas Teknik Komunikasi, Panorama

Panorama

Panorama      : Lingkungan Keraton
Lokasi        : Keraton Surakarta
Mode          : Manual
ISO           :100
Apperture     :f/10
Shutter Speed :1/100 sec.
Lensa         :20mm


Kamera        :Canon 600D

Tugas Teknik Komunikasi, Foto Human Interest

Human Interest


Human Interest: Dimas Suryo
Lokasi        : Kampung Batik, Solo
Mode          : Manual
ISO           :1600
Apperture     :f/5.6
Shutter Speed :1/13 sec.
Lensa         :18mm
Kamera        :Canon 600D

Poster Revitalisasi Kampung Kota