LUNTURNYA
ETIKA DAN MORAL GENERASI PENERUS INDONESIA
Seiring
bergantinya tahun kemajuan teknologi semakin menguasai dunia dan merubah
sebagian besar masyarakat dunia. Di indonesia sendiri dengan semakin
berkembangnya teknologi telah merubah kelakuan remaja Indonesia mulai anak-anak , remaja hingga dewasa
saat ini sangat mengkhawatirkan, disatu
sisi ini menguntungkan mereka untuk membahas seputar masalah dan kebutuhan
mereka, tetapi disisi llain berdampak tidak begitu baik bagi remaja. Media
berperan besara dalam pembentukan busaya masyarakat dan proses peniruan gaya
hidup, tidak mengherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat dalam
teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif, meskipun pengaruh positifnya
masih terasa. Kalau dapat diumpamakan remaja Indonesia sudah tertular dengan
gaya hidup barat. Hal ini terlihat pada remaja mengikuti perkembangan mode
dunia, mulai dari fashion, gaya rambut, casting HP yang berganti-ganti, pakaian
dan sebagainya. Melalui pengaruh ini, remaja diajarkan untuk hidup boros dan
menjadi tidak kritis terhadap persoalan sosial yang terjadi dimasyarakat karena
terbuai dengan perkembangan zaman.
Fenomena
kehidupan remaja di Indonesia sering terlihat terdapat berduan pasangan
muda-mudi yang belum resmi melakukan sikap tidak sesuai dengan norma, ironisnya
lagi terkadang terjadi penggeledahan oleh pihak yang berwenang karena terdapat
praktek mesum. Selain itu juga remaja putri yang berjilbab pun patut
dipertanyakan, meskipun tidak semuanya. Sungguh pemandangan yang kiranya
menandakan bahwa moral remaja bangsa ini mulai merosot. Selain itu juga
banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu perkumpulan yang pada hakikatnya
tidak menguntungkan bagi mereka, malah sebaliknya, di perkumpulan tersebut
seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh pergaulan yang tidak baik.
Kecenderungan masalah pada generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah
mereka tidak mengerti norma moral dan etika yang harus digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Terjadinya
penurunan moral tersebut pada hakikatnya tidak terlepas dari faktor internal
(keluarga) karena dari dalam keluargalah faktor utama yang dapat menghambat
atau setidaknya seorang anak dapat dikendalikan. Misalnya saja dengan bimbingan
dan arahan dari orang tua, seorang anak diberi nasihat-nasihat yang baik tidak
hanya pada saat berkumpul bersama saja, namun di sela-sela waktu yang ada
hendaknya diberi arahan yang baik. Seorang anak juga harusnya dikontrol tentang
pergaulannya kapan waktunya untuk main dan mengerjakan pekerjaan ataupun
tugas-tugasnya yang lain. Serta membatasi pergaulan remaja agar tidak terbawa
teman-temannya yang mungkin penghuni pergaulan bebas (negatif).
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi penerus ini
adalah:
1. Longgarnya
pegangan terhadap agama
Di
dunia yang sekarang ini segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu
pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada
Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak
diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka
hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian
satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah
masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat
itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan
masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada
orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan
berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam
masyarakat itu banyak orang yang melakukuan pelanggaran moral, dengan
sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan
pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya
kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi
adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.
Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah
memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana,
karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
2.
Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah
maupun masyarakat.
Pembinaan
moral yang dilakukan saat ini melum mendapatkan hasil yang baik karena belum
adanya pembinaan moral yang layak dan semestinya. Pembinaan moral dirumah tangga
misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan
dan umurnya. Penanaman sikap yang baik untuk menumbuhkan moral harus dilakukan
sejak dini. Pembinaan dirumahtangga ini dapat dilakukan dengan memberikan
tindakanhidup bermoral dan pengertian yang harus dibiasakan, bukan dengan
mmenyuruh anak untuk menghapal mana tindakan baik dan mana yang buruk. Moral
itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya.
Pembinaan
moral di sekolah hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik
bagi pertumuhan dan perkembangan mental, moral dan sosial anak didik di samping
tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan.hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan pelajaran budiperkerti dan agama, sehingga ilmu
yang didapat oleh anak juga dapat berkembang daln berlanjut di rumah. Saat ini
sekolah masih sering mengabaikan hal-hal seperti ini sehingga pendidikan yang
diberikan belum layak untuk membentuk moral dan etika anak-anak.
Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil
peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu
segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang
terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya
dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar
dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnya
keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga
tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak
kondusif bagi pembinaan moral.
3.
Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Sekarang
ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang
anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi
obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan
benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal
yang dapat merusak moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi karena
pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan
tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa
dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis
yang disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan,
siaran-siaran, pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya
yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk
keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa
memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang
demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan
moral para remaja dan generasi muda umumnya.
4. Belum
adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah
yang diketahui memiliki kekuasaan baik dari segi materi, teknologi, sumber daya
manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh
untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semakin diperparah
lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar
kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik,
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda
untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, materi dan sebagainya dengan
cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi
kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi
apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah
kehilangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu
semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan,
uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan
untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara
bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
Beberapa
faktor lain yang menyebabkan menurunnya moral dan etika generasi muda saat ini
adalah:
a. Salah pergaulan, apabila
kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan untuk melakukan
hal yang tidak baik
b. Orang tua yang kurang
perhatian, apabila orang tua kurang memperhatikan anaknya, keadaan tidak nyaman
untuk berada dirumah mengakibatkan anak mencari kesenangan diluar rumah.
c. Ingin mengikuti trend, bisa
saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu
sama sekali tidak benar. Dan semakin lama kencanduan dan ingin melakukan hal
negatif lainnya.
d. Himpitan ekonomi yang membuat
para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
Mengatasi penurunan moral dan etika
pada generasi penerus solusi yang dapat kita lakukan seperti:
1. Untuk meghindari salah
pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan
akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.
2. Peran orang tua sangat penting
dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan
agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada
banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada
sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan
pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan,
misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan
kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan,
merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun
pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
4. Diadakannya pembinaan moral
dan akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral dan akhlak yang baik
dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif
lagi.
5. Meningkatkan iman dan
takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin,
pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan
untuk seorang anak terjun kedalam kegiatan-kegiatan yang tidak berguna.
REFERENSI
Abdurokhim,
Mohamad.2012. “Lunturnya moral danetika generasi penerus”. Dalam situs www.blogspot.co.id
. diakses pada Minggu, 22 Mei 2016.
Sofa.2008.”Pengertian
Moral, etika dan etiket “.dala situs www.wordpress.com . diakses pada Minggu,
22 Mei 2016.